https://singkawang.times.co.id/
Kopi TIMES

Bullying: Bahaya Laten Dunia Pendidikan

Rabu, 06 Maret 2024 - 03:16
Bullying: Bahaya Laten Dunia Pendidikan Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro

TIMES SINGKAWANG, WONOGIRI – Kekerasan di dunia pendidikan kembali menggemparkan Indonesia akhir-akhir ini. Kasus terbaru kasus penganiayaan di salah satu sekolah swasta di Serpong yang melibatkan empat tersangka. Tak hanya di sekolah, kasus kekerasan juga sudah merambah di dunia pesantren. Kasus terbaru seorang santri meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan santri pesantren di Kediri.

Kasus kekerasan yang terjadi merupakan wujud nyata bullying yang ada di dunia pendidikan. Fenomena ini kian tahun kian meningkat jumlah kasusnya. Menurut data KPAI yang dirilis bulan Agustus 2023 lalu hingga bulan agustus 2023 telah terjadi 810 kasus kekerasan anak di Indonesia.  

Dikutip dari KPAI dan FSGI menyatakan bahwa terjadi kenaikan yang signifikan kejadian perundungan pada tahun 2023. Pada 2020 tercatat 226 kasus perundungan yang dilaporkan, meningkat signifikan dari 53 kasus pada tahun 2021.

Peningkatan kejadian bullying yang terjadi setiap tahun merupakan potret suramnya dunia pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman justru menjadi mengerikan dengan adanya noda perilaku bullying. 

Beberapa hal yang menyebabkan perilaku bullying semakin subur di dunia pendidikan diantaranya: Pertama, Lemahnya deteksi dini. Perilaku bullying selalu dimaknai ketika anak melakukan kekerasan secara fisik, sehingga seorang anak melakukan bullying verbal mereka dianggap biasa. Tanpa disadari jika perilaku bullying verbal akan menyeret pada perilaku bullying secara fisik.

Kedua, Lemahnya pengawasan. Perilaku bullying terjadi ketika pengawasan yang longgar di dunia pendidikan.  Para siswa yang merasa tidak terawasi cenderung lebih berani melakukan intimidasi kepada temannya.

Ketiga, Kurangnya sosialisasi mengenai bullying. Kurangnya sosialisasi bullying di  sekolah menimbulkan lemahnya pemahaman warga sekolah terhadap perilaku bullying. Efeknya jika ada tanda perilaku bullying tidak mendapat respon dan pencegahan dini.

Keempat, Pengaruh perkembangan media sosial. Saat ini perkembangan media sosial kian tak terbendung. Para siswa sangat mudah mengakses berbagai tayangan bullying sehingga menginspirasi mereka untuk melakukan hal yang sama.

Perbuatan bullying merupakan bahaya laten, dapat muncul kapan saja di lingkungan pendidikan. Memutus mata rantai bullying merupakan tanggungjawab bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memutus mata rantai bullying diantaranya: Pertama, Memahami akar permasalahan. Kadang kala kejadian perundungan baru terdeteksi setelah muncul korban. Perlu dipahami jika bullying bukan hanya masalah permasalahan kenakalan siswa melainkan perbuatan yang yang perlu dideteksi sejak dini dengan mengetahui akar permasalahan penyebab perilaku bullying.

Kedua, Membangun budaya anti bullying. Untuk membangun budaya anti bullying dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi pencegahan bullying secara massif agar semua warga sekolah dapat memahami bahwa perilaku bullying tidak boleh terjadi.

Ketiga, Membangun kolaborasi orang tua dan guru. Orang tua dan guru merupakan garda terdepan dalam pencegahan perilaku bullying. Orang tua harus membangun komunikasi yang terbuka dan turut menanamkan nilai-nilai anti bullying pada anaknya. Sedangkan guru perlu meningkatkan pengawasan di sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang aman , dan memberikan edukasi yang massif tentang bullying.

Keempat, Menguatkan pendidikan inklusif.  Setiap sekolah perlu memahami mengenai pendidikan inklusif. Sekolah harus memastikan bahwa setiap siswa di sekolah dihormati dan dilindungi tanpa ada batasan jenis kelamin, latar belakang keluarga, maupun kemampuan kognitifnya.

Mengatasi masalah bullying di sekolah bukanlah tugas yang mudah, namun harus dilakukan untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Pencegahan bullying dapat berhasil jika semua pihak dapat berkolaborasi dengan baik dan ikut mendukung pencegahan bullying di sekolah.

Guru dan orang tua tidak boleh lengah dalam mengawasi anaknya. Kejadian bullying yang terjadi saat ini merupakan pelajaran yang berharga bagi orang tua dan pengelola lembaga pendidikan. Masing-masing pihak harus melakukan introspeksi. Jangan sampai kejadian perundungan memakan korban baru kebakaran jenggot. 

Jika saat ini kasus perundungan dirasa belum terjadi bukan berarti tidak ada kasus perundungan bisa jadi belum diketahui saja. Lembaga pendidikan perlu  mawas diri dan membuat pertanyaan reflektif ”Apakah sekolah sudah aman dan bebas perundungan?”. (*)

***

*) Oleh: Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id


_____
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta :
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Singkawang just now

Welcome to TIMES Singkawang

TIMES Singkawang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.